Tugas Kewarganegaraan# (Soft Skill)
Pudarnya Nilai Pancasila
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Nilai Pancasila Yang Semakin Memudar”.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan dan Kewarganegaraan.
Jika dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.
Mengingat saya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya saya sebagai penulis berharap, semoga Allah memberikan pahala yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah.
Amin...!
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan dan Kewarganegaraan.
Jika dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.
Mengingat saya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya saya sebagai penulis berharap, semoga Allah memberikan pahala yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah.
Amin...!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pancasila adalah ideologi dasar bagi
negara Indonesia.
Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk
mengingatkan kepada pembaca akan memudarnya nilai-nilai Pancasila di kehidupan
kita.
Serta memberikan sedikit keikut sertaan saya dalam penyampain tentang hal tersebut, dan semoga berguna untuk kita semua.
Serta memberikan sedikit keikut sertaan saya dalam penyampain tentang hal tersebut, dan semoga berguna untuk kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Berkurangnya
Kesadaran di Masyarakat
Pancasila saat ini sudah tak seperti dulu.
Pancasila yang dulu sangat penting perlahan mulai enggan disentuh, bahkan tidak
dipedulikan.
Hal itu lantaran terjadi banyak perubahan dari era Orde Baru ke era Reformasi.
Pancasila semakin tidak populer serta memudar sehingga bangsa dan Negara Indonesia mengalami kehilangan jati dirinya. Nilai-nilai adiluhung Pancasila sudah semakin tergerus dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter-karakter dan nilai yang terkandung dalam Pancasila saat ini sudah sangat sulit dijumpai pada masyarakat Indonesia.
Kemandirian dan rasa toleransi sudah semakin kaku dan sulit menembus batas-batas primordialisme seperti agama, etnis, ras, dan golongan.
Pancasila tak lagi menjadi sumber energi dan landasan utama dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Sehingga nilai teposiliro sekarang sudah semakin hilang dan amarah serta gesekan sosial semakin cepat melambung.
Ternyata gesekan sosial yang terjadi akibat semakin lunturnya nilai-nilai kekeluargaan.
Padahal, Pancasila yang menjadi dasar negara dan sumber dari segala hukum dan perundang-undangan adalah nafas bagi eksistensi bangsa Indonesia.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, disebabkan oleh para pemimpin negara.
Pancasila hanya dijadikan slogan di bibir para pemimpin, tetapi berbagai tindak dan perilakunya justru jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat merupakan awal sebuah malapetaka bagi bangsa dan negara kita.
Fenomena itu sudah bisa kita saksikan dengan mulai terjadinya kemerosotan moral, mental, dan etika, dalam bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi muda.
Timbulnya persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, perbedaan pendapat yang berujung bermusuhan, dan bukan mencari solusi untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung mengundang tindak anarkis.
Hal itu lantaran terjadi banyak perubahan dari era Orde Baru ke era Reformasi.
Pancasila semakin tidak populer serta memudar sehingga bangsa dan Negara Indonesia mengalami kehilangan jati dirinya. Nilai-nilai adiluhung Pancasila sudah semakin tergerus dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter-karakter dan nilai yang terkandung dalam Pancasila saat ini sudah sangat sulit dijumpai pada masyarakat Indonesia.
Kemandirian dan rasa toleransi sudah semakin kaku dan sulit menembus batas-batas primordialisme seperti agama, etnis, ras, dan golongan.
Pancasila tak lagi menjadi sumber energi dan landasan utama dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Sehingga nilai teposiliro sekarang sudah semakin hilang dan amarah serta gesekan sosial semakin cepat melambung.
Ternyata gesekan sosial yang terjadi akibat semakin lunturnya nilai-nilai kekeluargaan.
Padahal, Pancasila yang menjadi dasar negara dan sumber dari segala hukum dan perundang-undangan adalah nafas bagi eksistensi bangsa Indonesia.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, disebabkan oleh para pemimpin negara.
Pancasila hanya dijadikan slogan di bibir para pemimpin, tetapi berbagai tindak dan perilakunya justru jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat merupakan awal sebuah malapetaka bagi bangsa dan negara kita.
Fenomena itu sudah bisa kita saksikan dengan mulai terjadinya kemerosotan moral, mental, dan etika, dalam bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi muda.
Timbulnya persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, perbedaan pendapat yang berujung bermusuhan, dan bukan mencari solusi untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung mengundang tindak anarkis.
2. Hilangnya
Ideologi Pancasila dari Jiwa Anak Bangsa
Seiring berjalannya waktu nilai-nilai Pncasila
dikalangan pemuda dan pemudi di Indonesia sudah mulai memudar.
Itu bisa terjadi disebabkan kemajuan dibidang teknologi, komunikasi, dan visual lainnya. Serta karna sikap individual yang semakin meningakat serta dari faktor ekonomi, pergaulan, penanaman budi pekerti yang kurang, dll.
Berikut beberapa nilai-nilai Pancasila yang memudar:
Itu bisa terjadi disebabkan kemajuan dibidang teknologi, komunikasi, dan visual lainnya. Serta karna sikap individual yang semakin meningakat serta dari faktor ekonomi, pergaulan, penanaman budi pekerti yang kurang, dll.
Berikut beberapa nilai-nilai Pancasila yang memudar:
1. Nilai Toleransi
ndonesia merupakan Negara kepulauan yang mana
memiliki banyak suku budaya yang berbeda-beda. Perbedaan agama,ras,etnis,
seharusnya bukan menjadi peyebab hilangnya nilai-nilai dimasyarakat. Namun
kadang kita melihat terjadiya teror dikalangan pemeluk agama, perang suku,
diskriminasi ras, etnosentrisme masih terus terjadi. Disini terlihat bahwa
banyak nilai-nilai sosial yang pudar seperti rasa toleransi, saling menghargai
serta menghormati perbedaan. Namun kadang terjadinya hal ini diprofokatori
sejumlah orang yg ingin menghancurkan persatuan dan kedamaian dinegara ini demi
kepentingan pribadinya. Dalam sila pertama dan ke tiga dijelaskan bahwa
setiap orang harus saling menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan
hidup dan juga saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
2. Nilai Gotong Royong
Masyarakat Indonesia dulu merupakan orang-orang
yang suka bergotong-royong. Terlihat dari cara mereka memperjuangkan dan
menyatukan semangat serta tujuan mereka untuk bisa terlepas dari belenggu
penjajah dan terlihat dari bagaimana cara mereka menjaga kelestarian sumber
daya alam yang ada. Namun sekarang ini sangat banyak manusia yang hanya
memikirkan diri sendiri dan melupakan bahwa mereka merupakan bagian dari negara
ini. Hal ini antara lain disebabkan oleh mulai mengenalnya masyarakat terhadap
politik dan yang sudah memiliki partai politik. Kita bisa lihat para elit
politik, pejabat, pemimpin didalam birokrasi negara semua saling menuding, menuduh,
menjatuhkan tanpa peduli jabatan yang sedang dijabatnya. Sehingga memicu
terjadinya konflik serta perpecahan.
3. Nilai Nasionalisme
Kita mengenal sebuah kalimat yang berbunyi
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya”. Namun
terbukti bahwa generasi muda Indonesia sekarang tidak mengerti makna bersarnya
nyawa yang terbunuh, banyaknya darah dan keringat yang mengalir ditubuh para
pahlawan. Dalam hal kecil saja kita bisa melihat, ketika upacara bendera
disekolah, banyak sekali murid-murid yang malas untuk melaksanakan upacara
tersebut. Banyak anak-anak yang sengaja berhenti sekolah karena malas. Padahal
melalui pendidikkan, kita bisa meneruskan perjuangan para pahlawan nasional.
Inilah sikap apatis dan tidak tahu balas budi terhadap jasa pahlawan dan sangat
tidak boleh diturunkan kepada generasi mendatang.
4. Nilai Diferensiasi Sosial
Kesenjangan sosial di Indonesia sangat jelas
terlihat. Dimana banyak sekali orang-orang yang kaya namun tidak memiliki kesadaran
untuk membantu orang yang kurang mampu, malahan justru memamerkan harta yang ia
miliki. Kurangnya rasa kepedulian terhadap orang lain. Hal ini menyebabkan yang
miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya. Padahal sila kedua memiliki
arti bahwa seluruh warga negara harus mengakui persamaan derajat persamaan hak
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Sehingga tidak ada kesenjangan
sosial di kalangan masyarakat.
5. Nilai Kebudayaan
Indonesia memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal
Ika” berbeda-beda namun tetap satu. Namun perbedaan yang ada itu justru sangat
sulit disatukan. Terlalu banyak kelompok atau suatu suku menganggap bahwa
kebudayaannya lah yang paling baik diantara yang lain. Hal ini jelas
mempersulit terjadinya integrasi antar masyarakat berbudaya. Padalah sudah
jelas bahwa Pancasila itu sendiri mempunyai fungsi sebagai kepribadian bangsa.
Yang bisa dijelaskan bahwa tiap masyarakat yang mendiami suatu provinsi tentu
saja akan membentuk suatu kebudayaan daerah sebagai identitas dari tiap daerah,
yang apabila semuanya dikumpulkan akan menjadi kebudayaan nasional. Kebudayaan
inilah yang kemudian menjadi aspek cerminan bagi kepribadian bangsa Indonesia.
Semua provinsi di Indonesia meskipun memiliki kepribadian masing-masing, akan
tetapi mereka harus dapat mengintegrasikan diri mereka sebagai suatu bangsa
karena memiliki rasa senasib sepenanggungan dan tujuan yang sama yaitu kesatuan
dan persatuan bangsa. Belum lagi kita mendapatkan rintangan di Era Globalisasi,
yang mana kebudayaan kita semakin lama semakin pudar tertimpa oleh kebudayaan
barat. Generasi muda Indonesia sendiripun lebih memilih untuk mengikuti arus
globalisasi tanpa berfikir bahwa Indonesia memiliki harta karun kebudayaan yang
seharusnya dipertahankan,karna jika kita sadari bahwa orang-orang didunia
banyak yang mengagumi keindahan alam dan budaya negri ini. Seharusnya keindahan
alam dan kekayaan budaya yg kita miliki ini bisa menjadi jembatan untuk
memperkenalkan Indonesia dimata dunia. Pentingnya pemahaman Pancasila sebagai
filterisasi di era globalisasi sangatlah bermanfaat.Dengan adanya tantangan globalisasi yang semakin menggila
ini, Pancasila dapat
dimanfaatkan sebagai filter atau penyaring berbagai pengaruh yang ditimbulkan oleh globalisasi.
Tentunya, kita harus bersikap bijaksana dan mau
membuka diri terhadap globalisasi dan kemajuan iptek. Namun, diperlukan juga sikap waspada
terhadap pengaruh yang ditimbulkannya. Terutama
pada ideologi asing dan budaya asing yang tak selaras dgn budaya kita maka fungsi Pancasila sebagai filter yang menyaring
pengaruh buruk bagi bangsa dan negara ini
sehingga pengaruh buruk itu bisa diwaspadai bersama.
Itulah beberapa contoh nilai-nilai sosial yang
seakan telah hilang. Nilai-nilai pancasila sudah tidak diingat lagi. Walaupun
masih banyak yang belum di tampilkan tapi ini menggambarkan bagaimana kurangnya
minat masyarakat untuk memperjuangkan nilai dari Pancasila itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila merupakan
jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia yang ditemukan kembali setelah lama
terpendam pada masa penjajahan bangsa Barat. Kemudian pada saat bangsa
Indonesia bangkit akan hidup mandiri sebagai bangsa yang merdeka,bangsa
Indonesia menemukan kembali Pancasila dalam arti dan makna yang sesungguhnya.
Pada saat akan mendirikan Negara RI, para pemimpin dan tokoh pendiri negara
memusyawarahkan apa yang sebaiknya dijadikan sebagai dasar negara ,sehingga
dirumusah Pancasia sebagai perjanjian luhur seluruh bangsa Indonesia.
Perjanjian luhur yang seharusnya bisa dijalankan dan ditaati seluruh komponen
masyarakat. Sehingga terlihat jelas bahwa Pancasila adalah ideology negara yang memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional yang mana
telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan bernegara.
Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena
negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen yang disepakati
oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila
dilestarikan dari generasi ke generasi. Dengan adanya Pancasila
Indonesia menjadi memiliki pandangan hidup yang jelas untuk memecahkan
masalah-masalah politik, ekonomi, sosial budaya yang timbul dalam gerak
masyarakat yang makin maju.
DAFTAR PUSTAKA
visit this site right here wolf dildo,love dolls,vibrators,dildos,cheap sex toys,vibrators,love dolls,male sex dolls,love dolls this hyperlink
ReplyDeletee917s1jvfsj362 realistic vibrators,dildos,horse dildo,Panty Vibrators,double dildos,real dolls,silicone sex doll,penis pumps,horse dildo c627w4qgimx233
ReplyDelete